Rabu, 23 November 2016

Hello Kitty TNI

Suatu hari, tiba-tiba Teh Ocha, owner Mozza Wedding House, inbox saya. Dia minta dibuatin boneka flanel bentuk Hello Kitty. Uniknya, dia minta HK nya pake baju TNI AD dan Persit. What? Antara kaget dan geli, sejak kapan HK jadi istri tentara, hehehe…

Karena Teh Ocha ini dulu yang ngajar saya bikin mahar dan seserahan, ya saya iyakan aja. Oke, siap, Teh. Dah gitu, nggak pake nawar lagi, malah ditambahin waktu saya kasih harga teman. Asli, orang satu itu emang baiiiik banget.

Akhirnya, terkirim sudah 2 pasang Hello Kitty berbaju TNI AD dengan ukuran mini dan standart. Dan ketika sudah masuk frame, lucu juga hasilnya. Teh Ocha tuh bisaaa aja nuruti keinginan kliennya. Karya-karyanya makin hari makin keren, cetar membahana kalo kata Syahrini.


Jadi, siapa bilang antar crafter itu harus bersaing? Kalo bisa malah berkolaborasi. Yang orderannya banyak bagi-bagi job sama yang lain. So, ditunggu orderan berikutnya ya, Teh * ngarep.



Hey, Called Me Jeng Sri

Karena faktor U plus kurang pede, saya tuh nggak suka berurusan sama perfotoan. Apalagi yang namanya selfie, oh, no no no…Karena itulah saya membuat boneka flanel perempuan Jawa yang saya kasih nama Jeng Sri.

Sebenarnya ide membuat boneka Jeng Sri itu terinspirasi dari banyak teman di dunia maya. Sebut saja Neng V (FB nya Vita Eka Sandra), crafter yang pernah bikin boneka Red Riding Hood. Trus diajak jalan-jalan dan foto-foto tapi akhirnya hilang. Ada juga Bang Aswi (IG nya @bangaswi), blogger senior yang kalo ke mana-mana bawa mini Hello Kitty, hihihi…Kenapa mesti Hello Kitty sih, Bang?


Nha, makanya di beberapa tulisan di blog saya yang www.blogspot.com/catatanjengsri itu, sebagai penanda itu foto asli saya ya ada penampakan boneka Jeng Sri. Anggap aja semacam watermark, hehehe…


Cerita Tentang Kotak Tisu Sushi

Salah satu tulisan saya di buku kreasi flanel perdana saya adalah pembuatan kotak tisu dihias sushi. Kotak tisunya sendiri sudah dibeli tetangga saya saat saya bazar di pendopo Kabupaten Kendal. Ya…sebagian besar kotak tisu yang difoto untuk buku itu memang saya jual. Lha buat apa disimpan di rumah mungil saya. Bisa-bisa rumah semakin sesak.



Setahun setelah pembuatan buku itu, ada seseorang yang inbox saya di FB. Katanya dia tertarik dengan kotak tisu sushi seperti di foto FB saya. Dia bertanya, bisakah mengirim 15 pcs ke Belgia? What…Belgia? Waduh…kaget saya. Mulailah saya buka FB teman-teman crafter yang pernah kirim ke luar negeri. Duh, kayaknya kok ribet ya? Bahasa Ingggris saya pas-pasan, lagi.

Setelah berpikir selama 3 hari 3 malam, saya jawab aja dengan bahasa Indonesia. Maaf, saya tidak bisa mengirim ke LN. Dia pun menjawab, terima kasih atas responnya. Dia pakai bahasa Melayu dan saya yakin itu pake google translate. Sip, masalah selesai.

Beberapa bulan kemudian, saat saya membuka email punya NaFaSouvenir yang memang jarang dibuka, saya menemukan pesan serupa. Tapi kali ini pake bahasa Inggris. Intinya dia tertarik dan minta dikirimi kotak tisu sushi ke Belgia. Saya kok feeling, ini pasti orang yang sama. Kembali saya jawab pake bahasa Indonesia, saya kagak bisa, Mister. Saya ngibarin bendera putih kalo harus kirim barang ke negaramu, hahaha…


Yang saya khawatirkan sebenarnya masalah packaging dan shipping. Takutnya, batal begitu tau ongkirnya selangit  dan lain-lain. Peristiwa itu nggak bikin saya menyesal, biar jadi pembelajaran buat saya. Bahwa kalo sudah niat jualan online, maka pembeli bisa datang dari belahan dunia mana saja. Saya yang harus terus belajar menghadapi segala tantangan agar bisa jadi pebisnis handal. Mudah-mudahan setelah ini saya ketemu dengan mentor yang bisa ngajari saya mengekspor barang * jiah…bahasanya export import.

Sabtu, 12 November 2016

Boneka Buatan Saya Terbang ke Amrik

Hurraaayyy…boneka karakter buatan saya akhirnya sampai ke luar negeri. Norak-norak bergembira critanya nih. Jadi gini, suatu hari teman saya sesama blogger, sebut saja namanya Mak Uniek, menghubungi saya. Dia meminta saya jadi sponsor untuk giveaway(GA) yang dia adakan. Saya diminta buatin 3 boneka karakter untuk 3 pemenang GA. Oke…saya mau.

Lha ndilalah alias kebetulan salah satu pemenangnya adalah Mak Indah Nuria Savitri alias Mak Insav yang tinggalnya di New York City. Dua pemenang lain tinggal di Indonesia aja. Salah satunya blogger cowok, Bapak-bapak. Pas diminta kirim foto diri buat dibikin boneka mini me, beliau menolak. Mintanya boneka Boboy Boy aja untuk anaknya, hehehe…

Kembali ke Mak Insav, entah gimana Mak Uniek kirimnya, pokoknya boneka mini me itu akhirnya nyampe di tangan Mak Insav. Dan kerennya, boneka itu sering diajak jalan-jalan keliling Amrik. Huhuhu…kan saya jadi baper, mbokya saya yang diajak jalan-jalan, Mak * khayalan tingkat tinggi. Ini sebagian foto-foto yang saya ambil dari FB Mak Insav:

















Senin, 06 Juni 2016

Workshop Boneka Flanel si Cantik

Alhamdulillah, akhirnya saya punya kesempatan berbagi ilmu membuat boneka flanel Si Cantik. Tepat di hari ulang tahun ke-44, saya mengumpulkan teman-teman komunitas Kendal Crafter di Kolam Renang Tirto Arum. Saya buat tutorial boneka yang paling dasar dan paling mudah. Tutorial lengkap bisa dilihat di postingan ini.

Ini foto-foto suasana saat workshop:

Tapi ternyata nggak seperti yang saya rencanakan. Sampai jam 13.00 tak ada satu pun peserta workshop yang bisa menyelesaikan tugasnya. Kebanyakan ngobrol dan foto-foto sih. hehehe.. Padahal karena pematerinya masih abal-abal * siapa ya? Pura-pura tengok kiri kanan.

Maka, sebagai guru yang baik, saya pun meminta teman-teman menyelesaikan tugasnya di rumah. Tapi sampai batas akhir pengumpulan tugas, nggak semua bisa menyelesaikannya. Ada aja alasannya. Arrggghhh....* mulai keluar tanduk juga nih. Ya sudah lah, saya tunggu sampai batas waktu tak terhingga deh.



Ini dia hasil karya teman-teman Kendal Crafter yang mau mengirimkan gambar boneka yang sudah diselesaikan di rumah :


Belajar Mengolah Limbah Perca

Kedatangan saya dan dua teman ke Dinas Koperasi dan UMKM Kendal serasa sambil menyelam minum kopi dan makan pisang goreng. Niat kami mencari info tentang bantuan Dinas untuk para crafter, malah mendapat peluang lain. Saat itu Dinas sedang mencari 2 orang untuk diberangkatkan ke Balatkop Provinsi Jawa Tengah untuk mengikuti pelatihan mengolah limbah perca.

Sudah satu kandidat didapat yaitu Pak Djumadi, pensiunan PNS yang aktif di kegiatan masyarakat. Tiba-tiba pegawai Dinas Koperasi menawarkan pada kami bertiga. Nah, berhubung peraturannya nginep selama 6 hari dan nggak boleh bawa anak, otomatis saya yang memenuhi syarat. Asal tahu saja, dua teman saya datang ke Dinas sambil gendong anak, hehehe...Langsung saja saya iyakan, kapan lagi bisa belajar gratis kayak gini. Selain nambah ilmu tentu nambah teman dan jaringan.

Akhirnya pas tanggal 1 Desember 2014 pagi, saya sudah berada di Balatkop, Srondol, Semarang, mengikuti upacara pembukaan. Saat itu ada 6 kelas yang dibuka dan masing-masing kelas berisi 20-30 orang. Duduk di seberang saya, kelas boga yang ternyata berasal dari satu desa yaitu Desa Candiroto. Weis, keren, satu kelas isinya orang Kendal semua.

Usai upacara pembukaan, kami kelas limbah, tetap di ruangan, karena memang di sinilah tempat kami belajar. Tak lama kemudian sekitar 10 mesin jahit dimasukkan ruangan. Mengingat keterbatasan waktu dan banyaknya materi, maka kelas kami yang berjumlah 21 orang dibagi menjadi 4 kelompok.

Tak menunggu lama kelas langsung dimulai. Hari pertama itu kami diberi tugas membuat sarung bantal patchwork sederhana. Kami berbagi tugas, ada yang motong kain, menjahit, dan finishing. Sementara tugas kedua sudah menanti membuat bantal peluk bentuk kambing. Saking banyaknya tugas, tak ada satu pun yang terlihat nganggur. Masing-masing sibuk dengan tugas yang dibagikan ketua kelompok.

Sejak Senin sampai Jumat, ini dia tugas yang diberikan pada kami:
1. Sarung bantal patchwork sederhana
2. Bantal peluk kambing
3. Bantal peluk burung hantu
4. Boneka rag doll
5. Bantal peluk ikan
6. Keranjang pakaian rotan
7. Tempat tisu rotan
8. Sarung galon air
9. Tudung saji
10. Tas patchwork
Jadi tiap hari ada 2 tugas yang harus dikerjakan. Selain itu kami diminta membuat bros perca sesuka hati. Nggak harus sama dengan yang di modul.

Dan di hari Jumat semua kelas memamerkan hasil kerjanya selama mengikuti pelatihan. Yang kelas boga bikin bazar makanan, hmm...enak-enak semua. Kelas tata rias, praktek pengantin muslimah, hihihi...semua tampak kayak foto model. Sementara kami, memamerkan hasil karya kami yang ditata  satu meja per kelompok. Oh ya yang kelas manajemen koperasi sudah “jalan-jalan” di sebuah koperasi di Demak.

Sebelum menutup kelas Ibu Ade, instruktur kami, memberi penilaian hasil karya kami. Untuk bantal patchwork, tak ada satu pun yang berhasil. Sambungannya nggak pas. Habis kain yang disediakan waktu itu bukan katun tapi yang kerut-kerut kayak jeruk purut gitu. Susah banget ngepasinnya* hehehe...ngeles. Kalo yang lain sudah bagus. Alhamdulillah...

Sayang, di hari Jumat itu kondisi saya drop akibat flu berat. Banyak orang flu di sekitar saya, ditambah kondisi yang kecapekan, jadi ya gampang sekali tertularnya. Akhirnya malam itu saya minta suami untuk menjemput di Balatkop. Itu artinya saya nggak ikut upacara penutupan di hari Sabtu. Untung teman-teman baik semua, banyak yang sms mendoakan biar cepet sembuh. Dan...ada yang nganterin uang saku ke rumah, hehehe...Makasih semuanya.


Yang pasti saya bersyukur bisa mengikuti pelatihan di Balatkop. Selain tambah ilmu dan teman, juga menambah jaringan. Ini penting bagi UKM yang baru saya rintis. Ada satu pertanyaan dari teman saya yang masih terekam di kepala. Kalo cuma diberi ilmu membuat kreasi perca tapi nggak tahu pemasarannya, gimana dong?  Ah, ini tantangan buat para crafter, bagaimana bisa menyulap limbah alias barang bekas menjadi emas. Yuk ah belajar terus dan terakhir..happy crafting!

nunggu acara pembukaan

saat coffee break

sok sibuk

kerjasama satu tim

mejeng dengan hasil karya tim

bazar kelas boga

bersama Mbak Ade, sang instruktur


inilah hasil karya teman sekelas

Boneka Mak Irits

Temen saya yang seorang bloger kondang, Mak Rahmi Aziza, akhirnya  menelurkan buku barunya. Hore! Sebagai teman tentu saya ikut senang. Tahu dong bagaimana sulitnya menembus penerbit, berdarah-darah pokoknya. Judul asli komiknya Miss Hagemaru, tapi oleh sang editor diganti jadi Mak Irits, biar kedengeran lebih Indonesia.

Seperti biasa, kalo buku baru terbit, teman-teman penulis biasanya ngadain GA yang berhadiah buku dan souvenir lainnya. Nha…dalam rangka promosi buku itulah, Mak Rahmi meminta saya buatin boneka miniatur Mak Irits. Wah, makasih ya Mak, dah percayain saya.

Setelah beberapa kali ngobrol, konsultasi sama suami dan adik ipar yang sekaligus sang ilustrator komik, sempat ganti model juga, akhirnya tercapai kesepakatan. Dan inilah penampilan boneka Mak Irits itu. Taraaaa…..

bentuk awal

bentuk akhir

boneka Mak Irits dalam tabung mika


Semoga yang dapat boneka itu senang dan mudah-mudahan komik Mak Irits jadi best seller. Jadi kan Mak Rahmi pesen boneka lagi ke saya, hehehe…

Mak Rahmi dan komiknya

Kamis, 02 Juni 2016

Galeri Foto Hellofest 9

Crafter mana sih yang nggak pengin ikutan pameran atau bazar di event gede tingkat nasional, apalagi internasional? Bukan sekedar uang yang ingin didapat, tapi sarana membranding karya kita. Mimpi boleh, tapi perbaiki dulu kualitas produk dan cari jaringan seluas-luasnya * self reminder.


Ini sebagian foto yang saya ambil saat datang di acara Hellofest 9, 11 September 2013. Tempatnya masih di seputar Gelora Bung Karno, Senayan. Dekat arena kolam renang kalo nggak salah. Setelah tinggal di daerah baru terasa, kapan ya liat langsung karya para crafter keren ini, hiks...Foto ini sekedar untuk bahan referensi buat teman crafter di daerah agar tau kayak apa sih karya crafter yang mejeng di Hellofest.

 
ikon Hellofest 9 karya Cemprut

bola lampu lampion

asesorisnya lucu-lucu

pouch dan dompet

pernak-pernik unik

HPO handmade

jepit lucu

bros perca lima ribuan

karya Mommy Kawaii alias Mbak Nurul

shabby-shabby

rajutan Mommy Kawaii

octopus-nya Cemprut

digantung kayak jemuran

si Japar alias Jajan Pasar

bando telinga

pouch & bag

kebeli juga papan tulis mini hijau, daripada ngiler

rambutnya paper quilling, Bok

mejeng di lapak Cemprut, sayang nggak ketemu Mbak Dita