Rabu, 23 November 2016

Cerita Tentang Kotak Tisu Sushi

Salah satu tulisan saya di buku kreasi flanel perdana saya adalah pembuatan kotak tisu dihias sushi. Kotak tisunya sendiri sudah dibeli tetangga saya saat saya bazar di pendopo Kabupaten Kendal. Ya…sebagian besar kotak tisu yang difoto untuk buku itu memang saya jual. Lha buat apa disimpan di rumah mungil saya. Bisa-bisa rumah semakin sesak.



Setahun setelah pembuatan buku itu, ada seseorang yang inbox saya di FB. Katanya dia tertarik dengan kotak tisu sushi seperti di foto FB saya. Dia bertanya, bisakah mengirim 15 pcs ke Belgia? What…Belgia? Waduh…kaget saya. Mulailah saya buka FB teman-teman crafter yang pernah kirim ke luar negeri. Duh, kayaknya kok ribet ya? Bahasa Ingggris saya pas-pasan, lagi.

Setelah berpikir selama 3 hari 3 malam, saya jawab aja dengan bahasa Indonesia. Maaf, saya tidak bisa mengirim ke LN. Dia pun menjawab, terima kasih atas responnya. Dia pakai bahasa Melayu dan saya yakin itu pake google translate. Sip, masalah selesai.

Beberapa bulan kemudian, saat saya membuka email punya NaFaSouvenir yang memang jarang dibuka, saya menemukan pesan serupa. Tapi kali ini pake bahasa Inggris. Intinya dia tertarik dan minta dikirimi kotak tisu sushi ke Belgia. Saya kok feeling, ini pasti orang yang sama. Kembali saya jawab pake bahasa Indonesia, saya kagak bisa, Mister. Saya ngibarin bendera putih kalo harus kirim barang ke negaramu, hahaha…


Yang saya khawatirkan sebenarnya masalah packaging dan shipping. Takutnya, batal begitu tau ongkirnya selangit  dan lain-lain. Peristiwa itu nggak bikin saya menyesal, biar jadi pembelajaran buat saya. Bahwa kalo sudah niat jualan online, maka pembeli bisa datang dari belahan dunia mana saja. Saya yang harus terus belajar menghadapi segala tantangan agar bisa jadi pebisnis handal. Mudah-mudahan setelah ini saya ketemu dengan mentor yang bisa ngajari saya mengekspor barang * jiah…bahasanya export import.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar