Salah satu tulisan
saya di buku kreasi flanel perdana saya adalah pembuatan kotak tisu dihias
sushi. Kotak tisunya sendiri sudah dibeli tetangga saya saat saya bazar di pendopo
Kabupaten Kendal. Ya…sebagian besar kotak tisu yang difoto untuk buku itu
memang saya jual. Lha buat apa disimpan di rumah mungil saya. Bisa-bisa rumah
semakin sesak.
Setahun setelah
pembuatan buku itu, ada seseorang yang inbox saya di FB. Katanya dia tertarik
dengan kotak tisu sushi seperti di foto FB saya. Dia bertanya, bisakah mengirim
15 pcs ke Belgia? What…Belgia? Waduh…kaget saya. Mulailah saya buka FB
teman-teman crafter yang pernah kirim ke luar negeri. Duh, kayaknya kok ribet
ya? Bahasa Ingggris saya pas-pasan, lagi.
Setelah berpikir
selama 3 hari 3 malam, saya jawab aja dengan bahasa Indonesia. Maaf, saya tidak
bisa mengirim ke LN. Dia pun menjawab, terima kasih atas responnya. Dia pakai
bahasa Melayu dan saya yakin itu pake google translate. Sip, masalah selesai.
Beberapa bulan
kemudian, saat saya membuka email punya NaFaSouvenir yang memang jarang dibuka,
saya menemukan pesan serupa. Tapi kali ini pake bahasa Inggris. Intinya dia
tertarik dan minta dikirimi kotak tisu sushi ke Belgia. Saya kok feeling, ini
pasti orang yang sama. Kembali saya jawab pake bahasa Indonesia, saya kagak
bisa, Mister. Saya ngibarin bendera putih kalo harus kirim barang ke negaramu,
hahaha…
Yang saya khawatirkan
sebenarnya masalah packaging dan shipping. Takutnya, batal begitu tau ongkirnya
selangit dan lain-lain. Peristiwa itu
nggak bikin saya menyesal, biar jadi pembelajaran buat saya. Bahwa kalo sudah
niat jualan online, maka pembeli bisa datang dari belahan dunia mana saja. Saya
yang harus terus belajar menghadapi segala tantangan agar bisa jadi pebisnis
handal. Mudah-mudahan setelah ini saya ketemu dengan mentor yang bisa ngajari
saya mengekspor barang * jiah…bahasanya export import.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar